Selasa, 29 Juli 2008

MUSEUM PENDEM VS BENTENG PENDEM

Hello Ari... (Ari siapa ya?), makasih komentarnya, saya "lupa-lupa ingat" apa istilah tepat dari benteng pendem, hanya spontan aja saya menulis "museum pendem" sesuai daya ingat saya, karena benteng pendem sebagai "prasasti" tempoe doeloe, dan dalam benak saya, yang namanya barang beheule itu adalah museum. Oke, terima kasih koreksinya ya..... Sukses untuk Ari.

Lily

ANAK MILIK SIAPA?(dalam konteks jika terjadi konflik antara bapak dan ibunya)

Dalam setiap konflik rumah tangga, tantu ada yang akan menjadi "korban", mungkin suami, istri atau bahkan orang lain yang mungkin tidak terlibat langsung dalam arena pertarungan suami istri, katakan anak,sebagai lingkar pertama yang akan menjadi korban, kemudian lingkar kedua adalah orang tua, mertua, ipar, dan saudara lain, dan mungkin lingkar ketiga dan kadang di luar perhitungan kita adalah orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada kita, misalnya pekerja rumah tangga.
Jadi jangan pernah mengira bahwa konflik Iran-Irak, Israel-Palestina aja yang bisa memakan banyak korban, tapi ternyata konflik suami istri pun banyak menelan korban.

Konflik disini, tidak hanya diartikan sebagai konflik perceraian, kalau bagi saya, perceraian bukan lagi dikatakan konflik, tapi sudah merupakan solusi, konflik disini saya artikan adanya pertentangan pendapat, perselisihan antara suami istri yang bisa bermuara pada perceraian, dan bisa juga tidak.

Seperti kita sadari, tak ada rumah tangga yang bisa steril dari konflik, kita bukan malaikat yang tak punya hasrat dan tak pernah membantah atas perintah, kita manusia yang dipenuhi oleh emosi tapi diimbangi oleh akal sehat, maka jika terjadi konflik, tentu lingkar pertama (dalam hal ini anak) yang akan kena imbasnya, oleh karena itu bagaimana kita meminimalisir imbas itu ke anak.

Anak punya kehidupan masa depan yang menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menghantarkannya menjadi kehidupan yang baik,berguna bagi nusa bangsa dan agama (slogan yang selalu kita dengar), tapi bagaimana jika terjadi konflik, bisakah cita-cita kita untuk menghantarkan anak menuju kehidupan yang lebih baik bisa kita gapai?
Jawabannya, tentu tergantung bagaimana kita memenej konflik kita, sehingga sehingga anak-anak tidak terlibat dalam arena konflik.

Jika anak-anak itu masih kecil, tentu secara kasat mata, mereka belum mengerti apa-apa, tapi yang paling sulit, justru jika konflik itu terjadi pada saat anak-anak mulai tumbuh kembang, mulai memahami sebab akibat, mulai mengenali lingkungan sekitar, mulai mendapat informasi dari luar, maka jika terjadi konflik, akan sangat memberatkan mereka. Stigma tentang perceraian, perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, akan "dikroscekkan"mereka dengan konflik yang terjadi dengan orang tua mereka. Yang fatal, jika mereka tak mengkomunikasikan ini dengan orang tua, demikian juga orang tua tak mengkomunikasikan ini dengan anak-anak, maka ini hanya menjadikan "blunder masalah" dalam benak mereka, yang mungkin saja berimbas pada psikologis mereka.

Bagaimana meminimalisir imbas konflik ini, hal yang utama adalah bagaimana kita sebagai orang tua "melokalisir"ini menjadi HANYA MASALAH BERDUA, anak tak perlu tau, apalagi sampai mereka melihat di depan mata konflik itu terjadi, dan upayakan penyelesaian masalah ini jangan berlarut-larut, sehingga kondisi konflik yang berakibat pada anak ini tak berlangsung lebih lama.
Jika konflik ini tetap terjadi, dan perceraian belum dijadikan solusi, maka biarlah konflik itu hanya ada di lingkaran suami istri, tertutup, tanpa ada yang tau. Ciptakan kondisi di depan anak sebagaimana kondisi tanpa konflik karena jika tidak, maka kita telah mencuri hak anak sebagai anak yang harus tumbuh dalam kondisi yang harmonis dan kondusif.

Disinilah,sebagaimana judul"Anak milik siapa" menjadi satu pertanyaan yang harus kita renungkan. Mereka adalah milik masa depan mereka, sebagaimana syair Khalil Gibran, kita tak boleh merusak masa depan mereka dengan konflik kita sebagai orang tua. Kita bisa menjadi "penjahat anak" jika sampai merusak mereka dengan konflik yang terjadi yang tak bisa kita minimalisir menjadi konflik berdua.

Biarkan anak-anak tumbuh dalam kedamaian, dalam ketentraman walau dalam keadaan orang tua penuh konflik. Dalam perjanjian perangpun, anak-anak adalah orang yang harus dilindungi pertama kali bersama perempuan dan orang tua. Demikian juga jika terjadi konflik, marilah kita lindungi anak-anak kita, kita bebaskan mereka dari konflik kita, karena mereka adalah milik mereka sendiri, milik masa depannya, dimana kita sebagai orang tua wajib menghantarkan mereka dalam suasana damai dan tentram.

Sekali lagi, anak adalah milik mereka, bebaskan mereka dari konflik yang terjadi pada kedua orang tua.

Yk, 29 Juli 2008
Lily

Selasa, 22 Juli 2008

PANTAI KOMANDO NAN INDAH

Setelah lelah berkendaraan dari penyebrangan dan melewati aneka penjara, maka sampailah kami di ujung nusa kambangan, yaitu pantai komando, dimana tempat dilatihnya para perwira TNI AD. Seketika juga hilang kepenatan menyusuri jalan yang sangat rusak dengan mobil patroli, karena ternyata pantainya sangat indah. Komentar Vansa:"Kalah Parangtritis", Banyak sekali kerang dan binatang laut yang bisa menjadi keasyikan tersendiri bagi anak-anak. Tas plastik yang berisi kue, "dikorbankan" untuk diganti dengan kerang-kerang hasuil perburuan anak-anak.

Sayangnya tempat ini tak ada tempat jualan makan, jadi kami harus mempersiapkan sendiri semuanya, demikian juga tak ada Kamar Mandi untuk bilas setelah kena air. Akibatnya aqua yang dibawa sebagai gantinya.
Repot kan?
Vansa di latarbelakangi bebatuan pantai Komando

Nun di belakang Caysa, "tertancap" tongkat komando

Vansa dan Caysa dengan teman-temannya

Mbak Umi Saidah, kakakku yang baik

Caysa mencari kerang

Senin, 21 Juli 2008

Menyeberang menuju Nusa Kambangan

Menyebut nusa kembangan, tentu yang terbersit adalah hamparan penjara dari ujung pulau ke ujung pulau.Dan itu memang betul, maka untuk menuju ke sana, kami harus menggunakan veri. Dan ini menjadi pengalaman tersendiri bagi kami karena antara penjara ke penjara adalah hamparan hutan , tapi sayangnya jalannya sangat jelek, sehingga kami tak bisa mengabadikan dalam foto, karena harus menyeimbangkan badan di tengah hempasan jalan yang bagaikan ombak, rusak dan berdebu, belum lagi mobil yang kami naiki adalah mobil patroli penjara.

Ah.....ini merupakan pengalaman yang sangat mengasyikkan.

TEROWONGAN GELAP


Ini adalah bagian dari museum pendem, terowongan gelap dan berair sepanjang 50 meter, yang membuat Caysa menangis (idiiiih malu deh), ternyata Caysa hanya
besar di badan, tapi ternyata mentalnya kerdil, hehe....
Idiih, pakr acara gendong lagi!

PIKNIK KE MUSEUM PENDEM



Sampai batas akhir liburan, kami belum sempat mengajak anak-anak jalan-jalan, rencana semula jika SK Mutasi saya datangnya berbarengan dengan musim liburan anak-anak, maka di masa peralihan itu bisa dimanfaatkan ke bali, tapi rencana tinggal rencana karena sk mutasi datangnya berjarak waktu dengan masa liburan anak-anak. Belum lagi mobil kami sebagai alat transportasi ditabrak, sehingga perlu waktu untuk servis. ya...udah deh, akhirnya rencana tinggal rencana.

Untungnya ada teman-teman IKPP Yogya merencanakan piknik ke Cilacap, ketika tawaran ini saya sampaikan ke anak-anak, Abil langsung menolak, karena pada hari itu ada acara basket di sekolah (Abil mementingkan basket daripada piknik) Vansa dan caysa ragu, maklum ini kali pertama mereka piknik rombongan, biasanya hanya kami sekeluarga . Akhirnya saya mencoba membujuk, dan pada jam 10 malam baru mereka bersedia, itupun dengan berbagai pertanyaan tentang mobil, hotel dan bagaimana kalau tidak betah, yang akhirnya saya beri garansi, jika tidak betah, kita bisa pulang lebih awal,padahal besok pagi harus berangkat jam 7 pagi.

Malamnya saya harus mempersiapkan pakaian dan sedikit bekal, maklum walau sudah tergolong gadis kecil, tapi persiapan mereka tidak sedikit juga. Dan alhamdulillah walau hanya kami bertiga, tanpa Abil dan bapaknya, kami bisa berangkat dan ternyata Vansa dan Caysa sangat enjoy dengan piknik ini.

Foto di depan bangunan yang dijadikan "klinik" di museum pendem
yang terletak di pantai teluk penyu Cilacap

Senin, 07 Juli 2008

BERSAMA TEMAN-TEMAN DARI DEPOK

Waktu yang membentang begitu jauh, telah memisahkan kami dalam komunikasi, tapi tidak dalam ikatan hati, karena kekerabatan kami begitu erat.
Saya sangat tidak menyangka bisa bertemu dengan Afipudin dan Yoyok, teman-teman dari Depok. Walau konon Jakarta arus komunikasi begitu mudahnya, tapi sampai saat-saat terakhir keberadaan Afip dan Yoyok sulit kami lacak. Tapi alhamdulillah berkat bantuan serta kerja keras teman-teman panitia Jakarta, maka Afip dan Yoyok bisa hadir untuk kumpul bersama-sama kami di reuni Pabelan.

Tak ada perubahan yang berarti, hanya Yoyok tampak semakin menjadi muslimah dan muminah, jauh dari jejak-jejak masa lalu ketika kami sama-sama nyantri. Aku bersyukur dan harus banyak belajar lagi dari Yoyok Sukarti.

NAPAK TILAS JALAN PAGI

Semasa menjadi santri di Pabelan, jalan pagi sesudah subuh ke Batikan (kurang lebih 1 km) merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan.
Maka dalam reuni ini, acara jalan pagi dimasukkan dalam agenda.
Ternyata, jalan pagi setelah 25 tahun berlalupun
masih sangat menyenangkan.
Semoga di tiap acara reuni, acara jalan pagi
selalu menjadi agenda






Minggu, 06 Juli 2008

Bertemu setelah 25 tahun berpisah

Inilah pertemuan kami pertama kalinya setelah kurang lebih 25 tahun berpisad, pertemuan yang menbawa kebahagiaan dan keharuan. Bahagia karena Allah masih memberi kesempatan pada kami untuk dipertemukan dalam keadaan sehat, haru karena ada beberapa teman kami yang telah mendahului kami
Kika: Nina, FatramUlfah,Nuri,Yoyok,mbak Mang dan Lily
Jempol dengan Evi, sementara kang Dede asyik shooting

Alfan dengan gagah, Nuri dengan senyum, Icuk yang terpana,
fatra dan lily yang melongo....



Nuri,Aman,kak Sarbini dan Lily




REUNI PABELAN


Acara reuni yang ternyata berurutan waktunya dengan peresmian kantor PA Mungkid yang baru, membuat saya kalang kabut. Memang acara reuni sudah kami siapkan sejak Januari 2008, tapi mengumpulkan ratusan teman dengan bermodalkan hanya 10 nomer telpon, tentu bukan hal mudah. Tapi alhamdulillah acara bisa berjalan dengan lancar dan sukses. Ini semua berkat kerja keras dari semua teman-teman. Untuk lebih jelasnya, bisa mengklik di: www.angera81.blogspot.com.

Surat yang saya ambil dari komentar blog saya

Assalamu'alaikum wr wb.
Secara tidak sengaja saya menemukan blog ini. Beberapa haru yang lalu ketika berlangsung peresmian beberapa gedung PA di Mungkid oleh Ketua MA saya ingin segera mendapat informasi seputar pelaksanaan acara, terutama hal-hal yang disampaikan oleh beliau dalam acara tersebut. Oleh karena beberapa situs yang saya anggap akan secepat mungkin memuat ternyata belum juga memuatnya, maka saya coba untuk googling dengan kata kunci "Ketua Mahkamah Agung di PA Mungkid". Eee... ternyata yang muncul salah satunya malah blog ini (karena ada judul "PA Mungkid Punya Kantor Baru").
Sebenarnya bukan itu yang saya cari, tapi dalam hati saya heran, penasaran, walaupun akhirnya agak kagum juga lho, hebat sekali ada orang PA, lebih-lebih ibu-ibu, ko' punya blog. Bukan underestimate karena memang jarang (untuk tidak mengatakan tidak ada) pegawai PA yang suka browsing. Setelah membaca isinya secara sekilas ada keinginan untuk sekedar berkomentar (maksud saya menyapa) sebagai kata permisi bahwa saya sudah mampir. Namun karena waktu itu saya browsingnya pakai hp, jadi ada kendala untuk mengisi security codenya, maklum mata orang tua ternyata tidak cukup jelas untuk bisa membacanya. akhirnya saya tinggalkan begitu saja tanpa meninggalkan pesan. Tetapi dalam hati saya ingin kapan-kapan pada waktu yang lain dapat mengetahui lebih banyak isi blog dan siapa pemiliknya.
Nah malam ini saya menyempatkan diri untuk membuka lagi. Wah ternyata asyik juga, meskipun hanya berisi pengalaman pribadi. Namun tanpa saya sadari ternyata itu cukup untuk membuat ingatan saya kembali ke masa lalu, ketika saya berada di kota Manado hingga akhirnya ke Palu. Di Sulut saya banyak bergaul dan mengenal orang Manado, baik yang berasal dari suku Minahasa, Gorontalo, Bolaang Mongondow dan Sangir. Kemudian di Sulteng saya banyak berteman dengan orang Buol, Tolitoli, Bugis dan Kaili.
Kalau boleh saya bertanya, apakah ayahanda panjenengan Bp. Jaenudin yang dulu Kepala Balai Diklat Depag yang kemudian menjadi Kakanwil Sulut?
Wassalam.

2008 Juni 20 10:55



Assalamu'alaikum wr.wb....

Senang sekali saya membaca komentar bapak di blog saya, walau tentunya tanpa sengaja bapak menemukannya.

Saat saya membalas ini, tentunya sudah sangat kadaluarsa untuk saya menceritakan tentang peresmian kantor PA Mungkid, karena memang cukup lama saya tidak up load lagi di blog saya, sampai-sampai beberapa teman menanyakannya lewat email. Betul pak, blog ini memang istilahnya "la yamutu wala yahya" tidak bermutu tapi bergaya, karena memang hanya sebagai ajang komunikasi antara saya dengan beberapa teman dekat, dan tentunya sifatnya jauh-jauh dari ilmiah.Mungkin di masa yad, ketika muncul mood untuk menulis yang "berbobot" akan saya posting juga.



Menilik surat bapak, sepertinya bapak sangat familiar dengan Manado dan Palu, tentunya dengan senang hati kita bisa berbagi cerita tentang Manado, walau sebenarnya saat ini saya seakan-akan menjadi orang asing, karena sejak tahun 1981, salam usia 12 tahun saya harus meninggalkan kota ini untuk bersekolah di Jawa (istilah orang Manado secara keseluruhan jika kita menetap di Jawa).

Betul sekali pak, papi saya adalah Djainuddin Ahmad, dengan jabatan yang bapak sebutkan, dan saat ini telah pensiun kemudian sangat enjoy dengan berkebun di Pineleng. Justru setelah pensiun, saya melihat papi sangat berbahagia karena bebas menentukan waktu serta acara, tanpa terikat dengan rutinitas. Saya mohon doanya semoga papi tetap diberi kesehatan, sehingga masih berguna bagi kami serta orang-orang sekitar kami. dan jika bapak tidak keberatan, saya ingin tau peofile bapak, yang Insya Allah akan saya sampaikan ke papi. Atas semuanya saya ucapkan terima kasih.

Yogya, 6 Juli 2008
Lily Ahmad