Senin, 31 Maret 2008

Mereka yang berjasa


Wajah-wajah berseri selalu senantiasa dengan penuh senyum menghantarkan kita untuk memulai mengenal “man jadda wa jada”, mengajari kita “ana,anti,antum”, membimbing kita untuk mengeja huruf dan angka, ah…..betapa banyak yang kita dapatkan dari mbak-mbak guru kita ini.


Kini waktu terus berjalan, hubungan itu tetap terjalin semakin manis, kian hangat dan makin erat, walau keadaan dan tempat jauh dari tempat kita dipertemukan. Ya…. Pabelan bukan Yogya, tapi kehangatan dan keakraban Pabelan masih terbawa di Yogya. Mbak-mbak guru kita tetap menjadi guru yang senantiasa siap membimbing kita, mengajari kita dan memberi kehangatan seperti yang kita dapatkan. Indah…..indah sekali…..!


Masihkah kita mengingat mereka? Walau sekedar nama? Mbak Enny, mbak Maria, mbak Woro,mbak mbak Nanik, mbak Istiatun, mbak Solikhah mbak Nuaraida? Tentu di benak kita masing-masing punya kenangan yang sangat indah dengan mbak-mbak guru kita, kenangan yang sangat berkesan, karena mereka kita sampai saat ini masih mengingat “man jadda wa jada”……


Mbak Mang dan Mbak Enny


Mbak Maria dan Mbak Enny.

Keduanya sama-sama cantik dan berkarisma,ini kesan ketika mbak Maria dan mbak Enny berdiri di depan kelas mengajar.

Keduanya wanita cerdas.

Keduanya akrab dan hangat serta lebur menjadi sahabat ketika kita berbagi cerita.

Keduanya membimbing kita menjadi gadis remaja yang penuh percaya diri.

Keduanya mengajari kita berbusana yang rapi dan cantik, walau itu tidak dalam pelajaran yang terjadwal.

Keduanya mendampingi kita menjadi remaja yang kuat.

Keduanya melindungi kita ketika kita galau dan gelisah.

Keduanya….

Keduanya…..

Keduanya memberi contoh pada kita.

Terima kasih mbak….terima kasih…..semuanya itu masih tersimpan rapi di hati kami murid, dan adik mbak Maria dan mbak Enny.


Mbak Istiatun


Mbak Atun.

Apa yang ada di benak kita tentang mbak Atun?Sebagai mayoret handal drum band Pabelan? Sebagai mbak yang memelintirkan rambut? Atau sebagai wanita tinggi yang

lincah jika berjalan?


Itu semua dulu, sekali lagi dulu dan lebih mantapnya: Itu Tempo doeloe!! Karena mbak Atun sekarang tidak seperti itu lagi. Ini bukan hanya karena waktu yang berganti, tapi tentu tentu grup drumb band (sekarang kerennya marching band) yang mau memakai mbak Atun dengan “modal” 3 jenis pukulan di drumb band Pabelan (mars kaveleri, lagu assalamu’alaikum dan Anak kambing), tapi 3 jenis lagu tadi telah “diganti” menjadi mayoret sebuah LSM wanita di Yogya, tentu dengan irama dan gaung yang lebih membahana dibanding pukulan-pukulan drum band kita yang sering kendonya (saat itu lho).


Soal memelintirkan rambut, dengan memakai jilbab, tentu mbak Atun tidak seleluasa seperti waktu kita di Pabelan, jadi rasanya pemandangan mbak Atun memelintirkan rambut, saat ini menjadi pemandangan yang langka.


Kelincahan……..bukan hanya sekedar berjalan dengan lincah, tapi mendidik dan mengasuh dengan 3 buah hati yang masih kecil-kecil membuat kita yang umurnya lebih muda harus mengancungi jempol! Hebat dan tangkas!


Mbak Atun…..kesan kami dulu…kini telah berubah menjadi kesan yang mengangumkan. Mbak Atun memang selalu kami kagumi…….


Mbak Nanik pendamping kami


Mbak Nanik pendamping kamar kami….

Pertama ketika kita mulai menjadi santri, tentu pendamping kamar yang menjadi orang yang kami tuakan.

Dan berbahagialah kita jika mbak Nanik yang menjadi pendamping kamarnya, karena dengan kesabaran dan care terhadap kami, kerinduan kegelisahan jauh dari orang tua menjadi terobati.

Dengan sabar mbak Nanik mendampingi kami dalam setiap gerak kami,dalam kenakalan kami, dalam ketakberdayaan kami, dan itu bukan pekerjaan mudah, karena kami beranjak remaja dengan jiwa merdeka, jiwa berontak,jiwa angkuh.

Menghadapi ini semua, tak tersirat wajah keletihan,kemarahan….tapi semuanya dihadapi dengan senyum yang sangat menentramkan,

Mbak……ajari kami untuk bisa seperti itu.


Potret anakku








Mama…..foto dong…… cepret!! Cepret!! Ah…pasti deh hasilnya kurang bagus. Ini bukan karena mereka tak bisa motret, tapi karena wajah mamanya bukanlah kamera face!

Tapi inilah foto karya anak-anakku. Apapun dan bagaimana hasilnya bagiku ini paling siip. Mau difoto oleh fotografer handalpun, lebih mengesankan kalau difoto anak sendiri, hehe….
Kadang mereka bukan hanya motret mama, papa, yang kadang lagi gak mais-manis banget dan gak mungkin saya tampilkan di blog ini, tapi inilah hasil foto mereka yang memang suka motret walau hanya berbekal kamera saku.





Ini foto anak-anak waktu gempa, tapi kemudian gak berani banyak memotret, kuatir dikira memanfaatkan situasi. Sayang juga....tapi lumayan, masih ada juga sedikit foto mereka

Dan ini ketika kami berpapasan dengan tetangga di lampu merah, sambil "bercanda" mereka memotret dik Rozak dan mas A'an yang lag nyantai dengan pak Rahardi.










Kesengajaan Abil untuk dipotret Caysa....entahlah....ini gaya apa!!













Aku dan Bapaknya anak-anak


Aku dan Suamiku....
Mungkin karena gak punya bakat foto genit (eh....foto genic) tiap kali foto berdua, kok gak luwes-luwes ya.....apalagi biasanya yang motret anak-anak sendiri, jadi kacau beliau balau-balau deh!!!
Atau harus sering foto terus ya...biar semakin luwes!!!

BES


Bursa Efek Surabaya Tinggal Kenangan
Karena sekarang telah bergabung dengan Bursa Efek Jakarta dan Menjadi Bursa Efek Indonesia. Tapi kenangan serta ilmu yang kami dapatkan bukan hanya kenangan tapi sangat berguna.
Terima kasih pak Jamil.....

Mas Adib yang saya kenal



Kita pertama bertemu saat saya memasuki sekolah dan kuliah di Yogya, kita menempati satu lingkungan tempat tinggal di Terban GK V/210, saya tinggal di asrama Al-Hidayah dan mas Adib di kost pak Jumal yang juga pemilik Al-Hidayah.

Walau kita satu kost, tapi kita jarang komunikasi, karena semua sibuk. Mas Adib menjadi “dokter muda” dan banyak berkutat di RS, sedangkan saya sibuk-sibuknya menjadi mahasiswa baru di UII.

Keakraban kami justru terjalin saat jarak membentang begitu jauh, mas Adib di tempatkan di Puskesmas Saketa Kecamatan Gane Barat, Kab Maluku Utara. Seru dan mengasyikkan, karena dengan keterbatasan yang ada, komunikasi mengalir bagaikan derasnya sungai bengawan solo. Mas Adib bercerita tentang “WC terpanjang” masyarakat yang pertama kali menikmati televisi dan keasyikan baru membenahi kantor puskesmas.

Ternyata Maluku Utara memang menjadi “tanah air” kedua bagi mas Adib, karena kemudian mas Adib menyunting gadis Ternate dan saat ini sudah dikaruniai 4 orang anak. Sukses selalu dan Kebahagiaan selalu bersama ya mas......

Caysa yang PeDe


Caysa yang PD
Sejak kecil kelihatan sekali kalau Caysa ini memang sangat PD. Waktu belajar berjalan, tak memerlukan “baby walker”,demikian juga ketika belajar naik sepeda. Tak pernah menggunakan roda-roda kecil (sepeda roda empat). Karena mulai belajar sepeda justru duduk di sadel belakang yang nota benenya lebih rendah, sehingga memudahkan kaki Caysa jika sepeda mulai oleng. Begitulah Caysa....

Saat masuk pertama sekolah di SD juga tidak minta di antar, padahal Caysa belum tau dimana kelasnya. Dengan mantap turun dari mobil salaman dengan guru dan memperkenalkan diri serta minta ditunjukkan kelasnya yang mana.

Dalam keseharianpun demikian, Caysa lebih berani. Banyak hal yang oleh Vansa masih malu-malu, tapi Caysa maju untuk menyelesaikannya. Bravo ya dek!!

aBiL aBiL



Jika “flying fok” biasanya posisi orang “bergantung” e....Abil mencoba ala “burung” alhasil seperti orang tiarap dan meluncur bebaaaaaas.......!! Posisi ini tentu lebih rumit karena otomatis tali-tali pengikatnya berbeda dengan posisi biasa. Tapi itulah Abil selalu mencari hal yang lain di balik kelumrahan.

lomBA aLA 17 agustuSAN








Tiap bulan Agustus, sudah menjadi tradisi di kompleks perumahan kami menyelenggarakan berbagai lomba. Yang tentunya ini selalu dinantikan anak-anak.
Setiap tahun aneka lomba diadakan, mulai tangkap belut,lomba makan pisang, makan krupuk, sepeda, dll, pokoknya sangat mengasyikkan, soal menang kalah soal belakang, tapi yang penting lomba dulu! Siiplah!!!

Anak-anak bermain



Rasanya bukan anak-anak kalau tidak diisi dengan permainan untuk mengisi waktu luang mereka di antara kegiatan sekolah.
Kelihatan betul kebahagiaan mereka jika bermain. Tak harus pergi ke tempat tertentu untuk bermain, di jalan depan rumah pun dengan alat permainan seadanya bisa membuat mereka main dengan puas.

Sebenarnya ada yang “menyedihkan” saya, karena ternyata sampai kelas 5 SD, Vansa belum pintar main bekel. Akhirnya waktu ke Manado, saya sengaja mengoleh-olehi kerang (oarang Manado menyebutnya bia) supaya Vansa bisa main bekel. Saking semangatnya saya beli banyak 60 buah (padahal yang diperlukan hanya 6 buah) belum lagi karena ada teman (Firdha Tawil) tahu kalau anak-anak memerlukan “bia”, maka Vansa akhirnya dioleh-olehi bia juga dalam jumlah yang banyak. (Makasih ya tante Fida..., kapan-kapan kalau Vansa sudah pintar, bisa main bareng Mirza yang sudah lebih mahir)

Setelah itu, saya harus mengajari Vansa main bekel, mulai dari bia 4 dulu. Hehe.....rasanya ada yang kurang jika anak-anak perempuan gak bisa main bekel. Dan sekarang hampir tiap hari Vansa ke sekolah bawa “bekel bia”, yang akhirnya menjadi wacana baru bagi teman-temannya di Yogya yang main bekel dengan kuningan.

Biarlah nak....walau telat tapi paling tidak di masa anak-anak mbak Aya pernah main bekel seperti mama waktu kecil.

Minggu, 30 Maret 2008

mBaK DaRmI WaNiTa KuAt


MBAK DARMI WANITA KUAT,
Penyakit kanker rahim mengrogoti mbak Darmi sejak pertengahan 2003, tapi itu tak membuat mbak Darmi putus asa, optimisme serta sugesti yang dibangun yang kadang orang yang melihat meneteskan airmata tak membuat mbak Darmi melemah.

Setiap melihatmu, hati saya tak tega.....penderitaanmu begitu berat, tapi sama sekali tak ada keluahan di raut wajahmu. Setiap rasa sakit itu menyerang.....mbak Darmi hanya berzikir....dan berzikir.....Masya Allah....aku kagum dan merunduk....betapa sabarnya mbak Darmi menerima semua cobaan ini,

Dalam keadaan lemah.....mbak Darmi selalu menanyakan Abil, Vansa dan Caysa dan jika saya sudah terlalu lama di RS menengok, mbak Darmi justru meminta kami pulang karena telah berulang kali ditelpon anak-anak. Dan semua anak-anak punya kesan tersendiri bagi mbak Darmi.

Mbak, ketika mas Concon menikah dan semua keluarga ke Malang untuk menghadiri pernikahan mas Concon, saya memilih untuk menemani mbak Darmi. Keharuaan yang sangat dalam ketika kemudian mas Concon sebagai anak tertua dan anak pertama memohon restu. Linangan air mata tak bisa mbak Darmi bendung, ya......mbak Darmi sangat haru dan bersujud syukur. Mbak.....detik demi detik pernikahan mas Concon engkau ikuti walau hanya lewat telpon. Tapi keharuan itu....keharuan seorang ibu dan restu yang sangat bernilai.

Saat Allah memanggil mbak Darmi.....ya Allah....engkau telah memanggil makhluk terbaikMu, dengan sugesti yang ada mbak darmi bertahan dan terus bertahan sampai tak kuasa.............
(Foto ini diambil saat lebaran terakhir, dan tiap lebaran saya selalu berdoa untuk bisa bertemu lebaran kemudian, dimana bisa bersilaturrahmi lagi. Ternyata sudah 1 tahun saya melewati lebaran tanpa mbak Darmi)

TANTE TATY TAK TERLUPAKAN



Hari ini telah empat bulan tante meninggalkan kami, meninggalkan orang yang mencintai tante, meninggalkan kami yang selalu merindukan untuk menuju ke sang empunya semua yang ada.

Tak dinyana, ternyata kanker serviks yang tante idap, membuat hari-hari tante diisi dengan pergulatan melawan kanker, pergulatan untuk menggapai kesembuhan dengan berbagai daya dan upaya, tapi sayang....semua hanya bisa pasrah ketika Allah SWT berkehendak lain.

Saat pertama mengetahui tante sakit, saya masih “optimis” bahwa tante masih diberi kesempatan bersama kami paling tidak 5 tahun. Ya....optimisme dengan doa, karena ada saudara suami yang kondisinya lebih buruk dari tante, masih bisa bertahan 5 tahun. Tentu dengan pengobatan yang dilakukan yang notabenenya melebihi apa yang dilakukan oleh keluarga suami, rasanya optimisme saya ini sangat beralasan.

Tapi itulah hidup......kita tak tau apa yang akan terjadi, karena di malam tanggal 13 Nopember 2007 lalu daeng Didi menelpon saya dan mengabarkan kalau tante telah meninggalkan kami selamanya. Ternyata tanggal 19 Agustus 2007 adalah pertemuan kita terakhir, tapi saya yakin kenangan bersama tante akan terbawa selamanya.

Selamat jalan tante.....semoga kedamaian bersamamu.

Tanpa Seragam, enjoy aja kan??



Rupanya walikota Yogya memang tegas, sehingga membuat sekolah-sekolah takut memungut bermacam-macam anggaran pada saat pendaftaran sekolah baru, termasuk iuran seragam sekolah. Ini berbeda dengan kebijakan beberapa tahun sebelumnya dan peraturan sekolah swasta, dimana saat kita mendaftarkan anak, sudah “terbebani” berbagai macam biaya mulai uang gedung, uang seragam, uang buku, dll.

Akibatnya apa? Pada awal masuk sekolah, anak-anak berseragam sesuai dengan seragam SD masing-masing. Alhasil seragam anak beragam (eh....seragam kok beragam ya?) Tapi ini menarik, karena ternyata tanpa seragam anak-anakpun bisa belajar dan enjoy.... Lalu kenapa harus berseragam yang ujung-ujungnya harus menjadi tambahan beban orang tua ya?
(di foto kelihatan kalau Abil berbeda seragam dengan teman-teman yang lain)

Mantan 5 Gadis Angera



Tak terasa waktu beranjak lebih dari 2 dekade, kita yang dulunya masih gadis yang lugu, tanpa polesan, bergulir bersama waktu menjadi istri dan kemudian Ibu dari anak-anak yang kami lahirkan.

Tak banyak berubah, kak Ul tetap dengan kematangan, dan tentu lebih matang karena menjadi ibu Nyai, dengan 2 anak (Bunga dan Adil) yang mulai beranjak dewasa. Anak-anak hebat, karena Adil menang olimpiade Matematika tingkat propinsi. Dan tentu Bunga dengan sederet prestasi.

Mbak Zul,ternyata kelembutan serta kedewasaannya menghantarkan menjadi guru TK yang sangat handal. Aku kagum karena radius 5 km dari rumahnya semua orang mengenalnya, sehingga memudahkanku mencari rumahnya yang sangat adem.Aku sebagai teman turut bangga karena sahabat kita menjadi guru TK yang sangat dicintai murid-muridnya, profesi yang sangat agung.

Nurhayati, ternyata yang berubah hanya berat badannya yang mungkin bertambah 100% dari saat gadis. Keceriaan dan kehangatannya masih tetap seperti masih gadis. Wajah masih berbinar dan masih menjadi sahabat yang hangat, mudah membantu. Untuk saat ini masih menjadi andalan angera karena sebagai wakil angera yang berada dan mengajar di Pabelan.

Fatra dan Fatra.....bagaimanapun ingin selalu menampilkan hal-hal yang smart, sehingga untuk menyusun TOR harus meluangkan waktu masuk perpus. Benar-benar menginginkan kesempurnaan dalam setiap langkah.

Nina Yang Cantik



Sejak pandangan pertama pancaran yang muncul dalam diri Nina adalah pancaran kebaikan,kebijaksanan dan kesabaran.
Dan ini memang terbukti, karena dengan perjalanan waktu justru aku melihat banyak hal pada diri “adikku” ini.

Sangat bijaksana ketika menghadapi masalah dan sangat sabar ketika ditempa persoalan dan bisa menjembatani semua silang pendapat sehingga bisa menghasilkan keharmonisan yang elegan.

Nina,teman kuliah di kampus.Awalnya aku heran juga, sebagai sarjana teknik sipil, untuk apa mengambil magister hukum. Tapi ketika Nina mengemukakan alasannya. Aku akhirnya berkata :O........sambil mantuk-mantuk. (dan ini cukup untukku...)

Pak Halim, rekan kerja yang penuh pemakluman



Sebenarnya saat ini saya tak punya hubungan kerja lagi dengan pak Halim. Karena sudah beberapa kali perombakan majelis, sehingga pak Halim (Abdul Halim) sudah gak membantu majelis kami.

Tapi walau begitu, rasanya pak Dul (panggilan lain untuk pak Halim) masih saja dengan ulahnya yang lamanya yang suka “panggil” saya untuk bersidang di majelisnya, yang membuat orang lain hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya.

Beban kerjanya memang cukup banyak, sehingga tak jarang tugas pokoknya sering terabaikan. Sudah saatnya sidang, BAP sidang sebelumnya belum diketik (apalagi dulu pak Halim belum mahir menggunakan komputer), relas panggilan sidang belum ada dalam berkas, atau sudah saatnya salinan putusan harus diambil tapi majelis belum sempat mengonsep. Ah....pokoknya penuh pemakluman!! Karena pak Dul sendiri tau betul apa yang menjadi kesalahannya, jadi sebelum menemui hakim, wajahnya sudah cengar-cengir duluan, udah deh....kalau udah begitu, pasti ada maunya!! Dan jelas tentu salah momen kalau mau “dimarahin”, wong orang senyum-senyum dimarah. Hehe...

bU eNDANG sRI sUBEKTI



Tak terasa sudah berapa tahun kita terpisah karena proses mutasi pekerjaan. Tapi ternyata kesan tentang bu Endang masih sangat membekas.
Bu Endang seorang ibu rumah tangga yang sangat care terhadap suami dan anak-anak dan tentu bertanggung jawab dengan beban pekerjaan yang diembannya.
Sebagai Panitera Kepala, tanggung jawabnya memang sangat berat, apalagi di kantor kami yang perkaranya setiap bulan lebih dari seratus. Wow....

Kadang aku kasian lihat bu Endang, yang mulai sepuh, tapi harus memikirkan dan mengerjakan banyak hal, belum lagi berat badannya yang untuk ukuran umum “tidak kurus” (baca;gemuk) tentu terengah-engah untuk bergerak dari satu titik ke titik lain. Tapi alhamdulillah semua bisa dikerjakan dengan baik.

Yang membuatku sangat berkesan, bu Endang selalu menyempatkan diri untuk membawakanku sesuatu. Nyaris ada aja yang dibawakan, mulai lauk, kue, atau souvenir-souvenir jika bu Endang bepergian. Sampai-sampai teman-teman hakim suka iri karena hanya anggap aku yang selalu rajin dibawakan. Walau sebenarnya bu Endang juga cukup care dengan teman-teman yang lain.

Tas sekolah yang diproduk anaknya dan diberikan untuk Abil, ternyata memang sangat “pas” dengan Abil, jadi tas itu sering dipakai untuk ke sekolah. Demikian juga tas mukena yang sebenarnya ditujukan ke saya, tapi justru sering dipakai Vansa karena memang menarik.

Ah....bukan itu semua yang abadi di benakku, tapi kekerabatan dan persaudaraan kita yang merekatkan semuanya. Terima kasih ya bu atas semuanya.....

Lily

WAJAH VANSA SAAT BERLIPSTIK



Waduh.....!!! Vansa harus tampil lagi dengan MB sekolahnya. Bukan tidak suka, tapi saya paling “kasian” jika kulit-kulit mereka yang polos itu harus ditempeli dengan produk kosmetik. Sayaaang bangeeet. Tapi gimana lagi? Ini semacam tuntutan.

Saya mencoba mengakomodir tuntutan dandan, tapi dengan efek yang minimalis. Satu-satunya jalan yaitu saya belum mendandani dari rumah, kecuali kostum, dan saya akan membawa alat-alat make up sendiri dari rumah dan saya mendandani sesampainya di tempat atau menjelang pentas. Memang agak repot, tapi ini untuk meminamilisir dampak dari kulitnya yang masih anak-anak. Jika saya tak membawa perlengkapan make up, saya kuatir merek-merek yang dipakai perias adalah merek-merek yang sangat membahayakan dan jika saya mendandani saat sudah di tempat, saya berharap rentang waktu kosmetik yang menempel di wajahnya tidak terlalu lama.

(Ah.....tapi memang cantik polos ya sayang....karena setelah dipakai lipstik dan mama foto, malah mbak Aya gak bisa senyum, hehe....)

Abil Sayangku yang beranjak dewasa



Aku punya label “khas” untuk anak-anakku. Abil mam punya sayang , Vansa mama punya Cinta dan Caysa mama punya rindu. Entah itu muncul sejak bayi saat mereka menyusui dan dalam dekapanku.Begitu juga panggilan, Abil identik dengan “kakak”, Vansa sangat luwes kalau dipanggil “mbak Aya” dan Caysa enak kalau dipanggil dengan”adik”(baca;adek) Jadi jika Abil dipanggil “mas Abil, rasa-rasanya lidah harus diplintirkan juga. Vansa misalnya diganti “kak Vansa atau kak Aya” juga kaku sekali. Akhirnya:Kakak,mbak Aya dan Adek, merupakan panggilan khas kami untuk memanggil anak-anak.

Gak terasa Abil telah beranjak remaja, dan kemarin saat aku menjemput mereka dari sekolah,dan saat Abil “iseng” ganggu Caysa (kayaknya kalau gak ganggu, hubungan mereka justru terasa kaku deh! hehe) aku baru “nyadar” kalau suaranya semakin berat. Oh.....anakku sudah mulai dewasa!!

Masih tergiang beberapa tahun silam, Abil bertanya tentang akil balik yang akhirnya kami berdiskusi tentang proses menuju akil baliq seorang anak lelaki, mulai mimpi basah, dan perubahan-perubahan organ. Sepertinya saat ini diskusi-diskusi tersebut sudah Abil buktikan sendiri. Dan sepertinya Abil tak perlu mengajukan pertanyaan lagi.

Aku mencoba menjadi berusaha terbuka dengan Abil, tentang sahabatnya, tentang ketertarikannya terhadap wanita. Dan rupanya Abil sedang memulai yang namanya “cinta monyet”, tapi hanya sebatas “mengagumi” belum sampai pada batas mengungkapkan cinta. Biarlah Abil dengan prosesnya itu, karena Insya Allah dengan bekal yang ada, Abil bisa memagari sendiri apa yang diperbolehkan dan apa yang seharusnya dihindari. Saya berharap kelak Abil menjadi laki-laki yang bisa menjadi pelindung kami semua. Amien....

Sayang mama untuk “Abil mama punya sayang”

Sabtu, 29 Maret 2008

2 Gadis Kecilku



Vansa dan Caysa 2 gadis kecil dengan 2 karakter yang berbeda, tapi sangat asyik… Mereka kadang bersahabat dan kadang bermusuhan melebihi panasnya hubungan Iran dan Amerika.

Vansa lebih diam, dan cenderung introvert. Sangat tekun dalam mengerjakan sesuatu, dan selalu menginginkan sesuatu yang sempurna. Sangat perfeksionis!!
Caysa lebih hangat, dan sangat percaya diri, mudah bergaul dan sangat kompromis.

Aku membayangkan mereka menjadi pasangan bersaudara yang sangat ideal, karena banyak hal yang “dipendam” oleh Vansa, tapi oleh Caysa hal yang dipendam bisa dimunculkan dengan sangat elegan, sehingga semua masalah bisa terselesaikan.

Berbeda dengan Caysa yang seakan-akan hidup ini tanpa beban, dengan PD nya menjalani keseharian, tanpa beban jika belum menyelesaikan PR dan punya banyak sahabat. Semua rasanya indah…. Caysa bisa berbicara dan benyanyi bersama di telpon dengan temannya. Mau bergaul dengan teman-teman sekitar rumah. Kamar adalah kamar bersama, jadi jika ada yang menempati kamarnya, dengan senang hati Caysa berpindah. Hati Caysa begitu lapang.

Aku berharap keduanya dalam kedamaian selamanya. Amien……

Mbak Mimin,MAs Adib,Mbak Danik


Mbak Mimin...Kita waktu bersama di Alhidayah berbeda gang, tapi tentu tak mengurangi keakraban kita. Mbak Mintoel tak banyak yang berubah, wajahmu tetap cantik, penampilan tetap modis dan tentunya walau dengan anak yang sudah lima, masih aja kelihatan awet muda. Aku yakin ini semua karena inner beauty yang kuat, membuat semuanya memancar penuh pesona.


Mas Adib....Tetap dengan bahasa diam dan senyum... Membuat orang kadang salah mengartikan. Syukurnya sedikit yang mengartikan senyum sebagai ungkapan kebencian. Jadi tetaplah tersenyum, asal jangan senyum sendiri. Mbak Daniek...Renyah tawamu mengingatkanku pada "tangis kerinduan" pada mas Eko 21 tahun lalu saat melepas mas Eko di stasiun Tugu. Ah....ternyata cinta kalian begitu abadi. Selamat ya mbak.... Saat ini aku merindukan transfer jiwa entrepreuner mbak danik dan mas Eko, siapa tau kita-kita yang PNS bisa juga berjiwa pengusaha. Amien...

Sahabat alhidayah



Yogya memang menyimpan banyak kenangan, menyimpan banyak kesan, sehingga walau kami telah berpisah bertahun-tahun, tapi rasanya kenangan itu masih selalu membekas.

Katika saya kuliah, saya tinggal di asrama putri Alhidayah, berada di wilayah Terban. Walau saat itu sangat marak dengan pola kumpul kebo, tapi alhamdulillah pembinaan di asrama kami begitu intens sehingga rasanya justru kami seperti santri di lingkungan kost, hehe…walaupun saya tetap santri yang nakal dan malas mengikuti pengajian yang diadakan kakak-kakak Pembina.

Baru terasa betul kalau saat ini betapa masa itu begitu indah. Dan kekerabatan kami tetap terjalin, saat kebetulan ada kesempatan dan mas Adib yang dari Ternate ada di Jakarta, maka atas inisitiaf dan kebaikan hati mas Eko dan mbak danik kami diundang ngerujak di rumahnya yang penuh kehangatan di Puspita Loka Blok F1 Nomer 3 Jln. Mawar I BSD Tangerang. Makasih ya mbak…..kehangatan seperti ini selalu kami nantikan.

Sakit papi






Rasa haru yang sangat dalam ketika saya melihat begitu banyaknya perhatian kerabat, murid-murid dan reman-teman papi saat papi sakit. Saya sebagai anak yang keseharian tidak menemani papi di Manado sangat panik ketika tahu papi sakit, apalagi ternyata papi tidak mau dibawa ke rumah sakit. Saya mencoba menelpon beberapa Rumah sakit yang ada di Manado, berharap ada pengobatan di rumah, ternyata tidak ada,

Dan ternyata kerabat-kerabat di Manado begitu cekatan dan membawa segera papi ke Rumah Sakit… Terima Kasih pak Aly, kak Kartini Lanes, Cik Hindun, oom Hasan, kak Syahril Sumaila, Mak Cong, Cik Hasnah, dan semuanya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu.

Setelah di Rumah sakitpun perhatian dan kunjungan dari kerabat, sahabat tak berhenti sepanjang hari… Ini menjadi support bagi papi untuk cepat sembuh. Hampir setiap malam bapak-bapak pengajian mesjid Al-Munawarah Tuminting selalu datang untuk berdoa, demikian juga ibu-ibu dari berbagai majelis Taklim,khususnya ibu Rusni.Masya Allah…..sebagai anak yang jauh dari orang tua, saya haru dan berdoa Semoga semua amal kebajikan bapak dan ibu diterima.

Terima Kasih juga khususnya saya sampaikan kepada Bpk. H.Sofyan Alwie Lahilote, karena di antara kesibukan beliau sebagai hakim tinggi Di Pengadilan Tinggi Agama Manado, masih menyempatkan diri untuk datang, demikian juga pada Syarifah Jama….semoga persahabatan kita tetap abadi.

Tak terlupa juga kepada Bapak Fauzie Nurani, yang berkali-kali menyempatkan diri untuk datang, Sekali lagi Terima kAsih untuk semuanya…. Terasa betul bahwa kerabat, sahabat itu memang sangat bernilai.

Nawal Rahmawati


Nawal anakku,
Besok tanggal 31 Maret 2008 engkau genap berusia 3 tahun sayang….
Mama Lily bangga melihatmu sekarang, karena engkau menjadi gadis kecil yang lincah dan energik. Kecerdasan berbinar di matamu.

Nawal, mama Lily yakin, mami selalu menjagamu di alam sana, seperti mami selalu menemani mama Lily dalam keadaan suka dan duka. Mama Lily yakin itu, karena mami masih sering “menyapa” mama Lily jika mama Lily melalaikanmu.

Sayangku…
Mama Lily selalu ingin dekat denganmu, selalu bersamamu dengan ombai. Tapi kesempatan itu belum menghampiri kita. Tapi doa mama Lily selalu bersamamu.

Anakku….
Mami dan mama Lily yang sangat dekat, 24 tahun kami bersama nak… Mama Lily tak pernah merasa mami adalah sahabat yang biasa, tapi kerabat yang sangat dekat. Apa yang mami ucapkan pada mama Lily walaupun itu sebenarnya sangat menyakitkan, mama Lily tak pernah mengartikannya sebagai kebencian, demikian juga jika mami memuji mama Lily, tisak pernah mama mencurigainya sebagai kepalsuan dan kepura-puraan.

Nak…
Betapa sulit mama Lily mencari sosok seperti mami. Karena sampai saat ini mama Lily belum mendapatkan pengganti mami karena memang ini tak mungkin tergantikan. Di depan jenazah mami, mama menangis…… “Wati…..kamu baik….dan kelak tempatmu di sisi Allah adalah tempat terbaik” Mama Lily tak mampu berkata apa-apa sayang……

Nawal Rahmawati,
Mama Lily yakin, mami mewariskan nilai-nilai kebaikannya padamu sayang….
Selamat Ulang Tahun anakku…
Doa mama Lily bersamamu

Yogya 29 Maret 2008
Lily

Selamat Jalan Bu Sawitri


Bu Sawitri…. Selamat jalan…
Tak banyak yang saya katakana kecuali doa dan harapan semoga Bu Sawitri diterima di sisiNya….
Kabar yang saya terima begitu mengejutkan, dan saya sudah berjanji dengan anak-anak, setiba dari Jakarta kami akan menengok ibu, tetapi ternyata Allah berkehendak lain.

Terlalu banyak jasamu menghantarkan anak-anakku Muhammad Salsabil Lasarik, Maryvansaby Vitrua Lasarik, Malica Caysary Lasarik menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah…ini menjadi amal jariayah yang takkan terputus.

Aku berharap amal kebaikanmu menghantarkanmu pada sisi Allah SWT..
Sekali lagi, selamat jalan bu Sawitri….
Doa kami bersamamu selalu......
Amien.....

Nawal

Nawal anakku,
Besok tanggal 31 Maret 2008 engkau genap berusia 3 tahun sayang….
Mama Lily bangga melihatmu sekarang, karena engkau menjadi gadis kecil yang lincah dan energik. Kecerdasan berbinar di matamu.

Nawal, mama Lily yakin, mami selalu menjagamu di alam sana, seperti mami selalu menemani mama Lily dalam keadaan suka dan duka. Mama Lily yakin itu, karena mami masih sering “menyapa” mama Lily jika mama Lily melalaikanmu.

Sayangku…
Mama Lily selalu ingin dekat denganmu, selalu bersamamu dengan ombai. Tapi kesempatan itu belum menghampiri kita. Tapi doa mama Lily selalu bersamamu.

Anakku….
Mami dan mama Lily yang sangat dekat, 24 tahun kami bersama nak… Mama Lily tak pernah merasa mami adalah sahabat yang biasa, tapi kerabat yang sangat dekat. Apa yang mami ucapkan pada mama Lily walaupun itu sebenarnya sangat menyakitkan, mama Lily tak pernah mengartikannya sebagai kebencian, demikian juga jika mami memuji mama Lily, tisak pernah mama mencurigainya sebagai kepalsuan dan kepura-puraan.

Nak…
Betapa sulit mama Lily mencari sosok seperti mami. Karena sampai saat ini mama Lily belum mendapatkan pengganti mami karena memang ini tak mungkin tergantikan. Di depan jenazah mami, mama menangis…… “Wati…..kamu baik….dan kelak tempatmu di sisi Allah adalah tempat terbaik” Mama Lily tak mampu berkata apa-apa sayang……

Nawal Rahmawati,
Mama Lily yakin, mami mewariskan nilai-nilai kebaikannya padamu sayang….
Selamat Ulang Tahun anakku…
Doa mama Lily bersamamu