Rabu, 03 September 2008

BERITA "MIRIS"DI KOMPAS HARI INI

Pilih Suami, Lima Perempuan Dikubur Hidup-hidup
Rabu, 3 September 2008 | 10:46 WIB

ISLAMABAD, RABU — Polisi Pakistan sedang menyelidiki pembunuhan terhadap lima perempuan yang mencoba memilih suami sesuai keinginan mereka. Anggota legislatif setempat membela pembunuhan ini yang dianggap sebagai tradisi turun-temurun.

Para perempuan itu, tiga di antaranya masih remaja, ditembak, dilempar ke parit, lalu dikubur hidup-hidup sekitar setahun lalu. Pembunuhan semacam ini kerap disebut "pembunuhan demi kehormatan". Polisi mengatakan telah menahan tiga orang kerabat perempuan itu yang dianggap bertanggung jawab.

Di sejumlah kawasan yang konservatif, perempuan yang menikah atau berhubungan dengan pria tanpa sepengetahuan keluarga dianggap sebagai penghinaan. Biasanya para perempuan itu menebus "kesalahan" itu dengan nyawanya.

Pembunuhan bulan lalu itu diduga terjadi setelah para korban mengabaikan keputusan para tetua suku. Tiga di antaranya minta dinikahkan lewat pengadilan umum. Namun, ketika kasus ini dibawa ke parlemen, seorang politisi asal Provinsi Baluchistan mengatakan bahwa hanya orang yang melakukan perbuatan amorallah yang takut.

"Ini tradisi yang berlangsung ratusan tahun dan saya akan terus mempertahankannya," kata Israr Ullah Zehri, yang mewakili Baluchistan, tempat tinggal para korban, dalam sidang parlemen, Sabtu (30/8).

Pernyataan Israr itu membuat anggota parlemen lainnya marah dan mengancam akan melakukan penyelidikan atas pembunuhan itu. Hasilnya, pengadilan tinggi Baluchistan, Senin (1/9), memerintahkan penyelidikan dan menyeret pelakunya ke meja hijau. Asif Warraich, kepala kepolisian Baluchistan, pada hari yang sama mengumumkan penahanan tiga tersangka.

Pernyataan Israr itu juga menyulut aksi protes oleh 60 aktivis di depan parlemen. Mereka mengatakan, menghukum orang dengan mengubur mereka hidup-hidup bukanlah sebuah kehormatan. "Kami mengutuk tindakan barbar ini. Ini berlawanan dengan Islam, melawan kemanusiaan, dan melawan kebudayaan beradab," kata Mohammed Ibrahim, senator partai Islam, Islamist Jamaat-e-Islami.

Sanaullah Baloch, pemimpin nasionalis dari Baluchistan, membantah pengadilan brutal itu melekat dalam budaya setempat. Ia malah menuduh pemerintah gagal menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik bagi perempuan dan gadis di kawasan yang masih terbelakang namun kaya sumber daya alam itu. "Masyarakat yang terpinggirkan secara sosial dan ekonomi selalu frustrasi," kata Baloch

Para aktivis hak asasi manusia mengatakan, kelima perempuan itu diculik di bawah todongan senjata api oleh enam orang di desa Baba Kot. Mereka dipaksa naik mobil lalu dibawa ke sebuah ladang. Di situ mereka dipukuli dan ditembak. Setelah dilempar ke parit, tubuh mereka ditutup batu dan lumpur meski masih bernapas.

Para aktivis mengatakan, penyelidikan itu akan berlangsung lama dan sulit karena para tetua suku terlibat. Pembunuhan demi kehormatan ini diyakini banyak yang tidak dilaporkan. Komisi HAM Pakistan mengatakan, 174 perempuan menjadi korban kejahatan seperti ini selama 2005. Angka itu meningkat setahun kemudian menjadi 270 dan 280 kasus pada 2007. Angka pada lima bulan pertama 2008 sudah mencapai 107 kasus. Kelompok-kelompok pembela HAM mengatakan hanya sedikit pelaku yang dihukum