Selasa, 09 September 2008

PILIH PUNYA PENGHASILAN ATAU TIDAK, NYONYA?


Sebenarnya enak di rumah mengurus rumah tangga atau bekerja ya? Bekerja yang saya maksud bukan hanya bekerja kantoran, tapi wanita yang punya penghasilan. Pertanyaan ringan tapi berat ini sering muncul dalam keisengan obrolan kami sebagai wanita-wanita pekerja.. Tentu karena ketika kita bekerja di luar rumah, maka banyak konsekuensi yang kita terima, antara lain kita tidak bisa sepenuhnya mengurusi rumah tangga, yang otomatis pekerjaan-pekerjaan rumah harus kita delegasikan kepada pembantu rumah tangga kita. Tapi bukan ini yang akan saya tulis, tapi tentang masalah keuangannya. Dan bukan juga dibahas secara ilmiah, tapi hanya sekedar bahasan-bahasan ringan.

Konsekuensi kita bekerja di luar rumah, tentu kita mendapatkan penghasilan dari kerja kita tadi. Bagaimana sebenarnya teman-teman yang menjadi wanita pekerja tadi memanage penghasilan tadi. Ada beberapa alternative penggunaaan penghasilan uang tadi, al:
DIPERGUNAKAN SEPENUHNYA UNTUK KELUARGA
Ini biasanya berlaku bagi istri-istri yang suaminya tidak mempunyai penghasilan. Dan tentunya jika si wanita hidup sendiri, dimana tidak mempunyai suami. Disini istri-istri yang menjadi kepala rumah tangga, sebagai penopang ekonomi rumah tangga. Uang ini dipergunakan untuk biaya makan, biaya sekolah, biaya rumah, dll. Pokoknya semua keperluan rumah tangga dipenuhi dari penghasilan wanita.

Bagaimana jika suami istri mempunyai penghasilan, sedangkan penghasilannya tidak untuk keluarga. Semua kebutuhan rumah tangga ditanggung istri. Sebagai wanita saya hanya bias mengatakan laki-laki ini adalah laki-laki yang KETERLALUAN (biar mantap tolong bacanya seperti gaya Rhoma Irama) Kalau sudah begini, akan merupakan rumah tangga yang rawan konflik. Bagaimanapun sebagai wanita kita tidak mau dijadikan sapi perah, karena suami hanya menikmati penghasilannya sendiri.


DIPERGUNAKAN SEBAGIAN UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA.
Pola ini biasanya dibagi antara suami dan istri, misalnya domain si suami untuk membiayai pendidikan anak, perbaikan rumah, kesehatan, dll. Sedangkan domain istri misalnya kebutuhan makan, dan sandang. Masing-masing pihak mengelola keuangan sendiri-sendiri.
Disini istri biasanya mempunyai kebebasan mengelola keuangan sendiri, bebas mengatur dan membeli sesuai keinginannya selama tidak mengganggu kebutuhan rumah tangga.

MENJADI MILIKNYA SENDIRI
Kalau yang ini, si istri memiliki sendiri semua penghasilan yang didapat. Untuk kebutuhan rumah tangga tetp menjadi kewajiban suami. Ini tentu menjadi pilihan wanita-wanita yang mempunyai penghasilan.atu sisi wanita tadi merasa puas dengan pendapatannya, di sisi lain wanita ini tidak terbebani untuk memikirkan ekonomi keluarga.

Dari ketiga pilihan pengelolaan keuangan di atas, tentu salah satunya merupakan pola pengelolaan keuangan bagi wanita pekerja. Dan ketiganya mempunyai nilai positif dan negative yang sengaja tidak saya bahas, karena rasanya kita sudah tau. Pilihan manakah yang ada pada kita? Dan masih mungkinkah kita beralih pada pilihan yang telah kita laksanakan sekarang?