Minggu, 30 Maret 2008

Abil Sayangku yang beranjak dewasa



Aku punya label “khas” untuk anak-anakku. Abil mam punya sayang , Vansa mama punya Cinta dan Caysa mama punya rindu. Entah itu muncul sejak bayi saat mereka menyusui dan dalam dekapanku.Begitu juga panggilan, Abil identik dengan “kakak”, Vansa sangat luwes kalau dipanggil “mbak Aya” dan Caysa enak kalau dipanggil dengan”adik”(baca;adek) Jadi jika Abil dipanggil “mas Abil, rasa-rasanya lidah harus diplintirkan juga. Vansa misalnya diganti “kak Vansa atau kak Aya” juga kaku sekali. Akhirnya:Kakak,mbak Aya dan Adek, merupakan panggilan khas kami untuk memanggil anak-anak.

Gak terasa Abil telah beranjak remaja, dan kemarin saat aku menjemput mereka dari sekolah,dan saat Abil “iseng” ganggu Caysa (kayaknya kalau gak ganggu, hubungan mereka justru terasa kaku deh! hehe) aku baru “nyadar” kalau suaranya semakin berat. Oh.....anakku sudah mulai dewasa!!

Masih tergiang beberapa tahun silam, Abil bertanya tentang akil balik yang akhirnya kami berdiskusi tentang proses menuju akil baliq seorang anak lelaki, mulai mimpi basah, dan perubahan-perubahan organ. Sepertinya saat ini diskusi-diskusi tersebut sudah Abil buktikan sendiri. Dan sepertinya Abil tak perlu mengajukan pertanyaan lagi.

Aku mencoba menjadi berusaha terbuka dengan Abil, tentang sahabatnya, tentang ketertarikannya terhadap wanita. Dan rupanya Abil sedang memulai yang namanya “cinta monyet”, tapi hanya sebatas “mengagumi” belum sampai pada batas mengungkapkan cinta. Biarlah Abil dengan prosesnya itu, karena Insya Allah dengan bekal yang ada, Abil bisa memagari sendiri apa yang diperbolehkan dan apa yang seharusnya dihindari. Saya berharap kelak Abil menjadi laki-laki yang bisa menjadi pelindung kami semua. Amien....

Sayang mama untuk “Abil mama punya sayang”