Kak Sholeh dan mbak Umi Saidah,
Hari minggu (20-4-08) pagi, tiba-tiba telpon saya berbunyi. Hah…dari kak Sholeh Hasan. Wah….ada apa nih? Dengan sapaan khasnya:”gimana kabarnya adikku?”, cukup menghilangkan kantuk serta rasa malas saya. “Baik kak, gimana kabar kak Sholeh dan mbak umi Saidah?” aku balik bertanya. “Baik, dan kami sekarang lagi di Yogya, kita ketemuan yuk….” Waw…tentu aku senang bangeeet. Puluhan tahun (sejak tahun 1984) gak pernah ketemu. Akhir-akhir ini hanya terjalin lewat sms dan telpon. Ok sebagai “tuan rumah”, aku akan menjemput mereka.
Setelah bertemu, rasa-rasanya sosok mereka masih sama seperti dulu,saat kami sama-sama masih di Pabelan. Sebagai kakak yang penuh kasih, penuh perhatian, dan penuh kasih sayang.
Mbak Umi Saidah masih sebagai wanita cantik, pintar dan cerdas. Penuh kasih sayang ke kak Sholeh. Kasih sayang yang dibina sejak sama-sama menjadi santri di Pabelan. Mungkin hanya sedikit yang bisa seperti mereka, karena mungkin bagi sebagian dari kami, cinta di Pabelan hanya sebagai cinta monyet. Tapi ternyata tidak bagi kak Sholeh dan mbak Umi Saidah.
Kak Sholeh masih dengan wajah “timor”nya. Aku sangat dekat, karena kami satu ikatan persaudaraan santri Timur (Manado karena santrinya sedikit, maka digabung dengan teman-teman dari Indonesia bagian Timur). Sejak dulu kak holeh sangat perhatian kepada adik-adik “timurnya”, dan siap melindungi kami jika kami dalam masalah.
Terima kasih mbak Umi, semoga kekerabatan kita tetap abadi..
Hari minggu (20-4-08) pagi, tiba-tiba telpon saya berbunyi. Hah…dari kak Sholeh Hasan. Wah….ada apa nih? Dengan sapaan khasnya:”gimana kabarnya adikku?”, cukup menghilangkan kantuk serta rasa malas saya. “Baik kak, gimana kabar kak Sholeh dan mbak umi Saidah?” aku balik bertanya. “Baik, dan kami sekarang lagi di Yogya, kita ketemuan yuk….” Waw…tentu aku senang bangeeet. Puluhan tahun (sejak tahun 1984) gak pernah ketemu. Akhir-akhir ini hanya terjalin lewat sms dan telpon. Ok sebagai “tuan rumah”, aku akan menjemput mereka.
Setelah bertemu, rasa-rasanya sosok mereka masih sama seperti dulu,saat kami sama-sama masih di Pabelan. Sebagai kakak yang penuh kasih, penuh perhatian, dan penuh kasih sayang.
Mbak Umi Saidah masih sebagai wanita cantik, pintar dan cerdas. Penuh kasih sayang ke kak Sholeh. Kasih sayang yang dibina sejak sama-sama menjadi santri di Pabelan. Mungkin hanya sedikit yang bisa seperti mereka, karena mungkin bagi sebagian dari kami, cinta di Pabelan hanya sebagai cinta monyet. Tapi ternyata tidak bagi kak Sholeh dan mbak Umi Saidah.
Kak Sholeh masih dengan wajah “timor”nya. Aku sangat dekat, karena kami satu ikatan persaudaraan santri Timur (Manado karena santrinya sedikit, maka digabung dengan teman-teman dari Indonesia bagian Timur). Sejak dulu kak holeh sangat perhatian kepada adik-adik “timurnya”, dan siap melindungi kami jika kami dalam masalah.
Terima kasih mbak Umi, semoga kekerabatan kita tetap abadi..