Sabtu, 16 Agustus 2008

Sahabatku ERNAWATI


Sampai detik ini, saya kadang belum menyadari bahwa sahabatku ini sudah lama meninggalkan saya, kita berpisah raga dan alam, tapi rasanya kedekatan masih selalu menyelimuti jiwa saya. Yah....sangat terasa jika saya ditempa masalah, betapa saya merasa "sendiri" karena sahabatku
ini akan dengan setia menemaniku menghadapi masalah. Terasa betul beban itu berkurang jika ada Wati bersama saya.

Banyak masalah yang telah kita hadapi bersama, entah duka, suka maupun masalah-masalah teman kita yang akhirnya menjadi masalah kita .Salah satunya ada sahabat kita yang "khilaf" kemudian hamil duluan. Wati tak bisa apa-apa, kecuali datang ke rumahku dan rela menunggu berjam-jam sepulang aku dari kuliah. Karena jika Wati belum berani pulang kost dan belum punya solusi, akhirnya sore sampai malam itu kita berkutat dengan masalah teman, telpon mami untuk membantu menghubungi orang tua teman, sampai akhirnya kita menikahkan teman kita itu.Sementara kita berdua pacarpun belum punya, alias jomblo!!

Ada juga kita pergi nonton malam tahun baru berdua (maklum sama-sama jomblo), kita merasa tak ada beban dengan "kejombloan"kita, karena suatu saat kita akan ketemu jodoh. Soal jodoh menjodohkan, saya pernah menjodohkan Wati dengan teman saya (sekarang sudah menjadi suami politikus nasional), saking seriusnya kita sempat kencan di resto Iskuiki (zaman itu paling top di Yogya), tapi kemudian Wati mundur karena merasa "belum pantas" berjodoh dengan calonku itu, walau sebenarnya bagi saya kalian cocok.

Saat Wati hendak menikah, nyaris tiap hari kontak, karena masih ada ganjalan hukum dengan calon suami, saat itu saya hanya beri advis bahwa dengan kondisi seperti ini paling cepat 6 bulan baru masalahnya bisa selesai, dan walau dengan berat hati, Wati juga bisa menerima karena memang sudah aturannya demikian.

Begitu juga ketika aku dapat masalah, rasanya Wati orang pertama yang akan tau, walau tidak aku beritau. Wati pasti gelisah dan menanyakan kegelisahannya, dan ini memang sering terbukti, bahwa aku lagi dapat masalah. Hubungan batin kita memang sangat erat, karena tanpa ungkapa verbal, batin kami sudah bisa saling komunikasi.

Ah...banyak banget "kebersamaan" kita yang telah menghantarkan kita menjadi sahabat yang selalu bersama dalam suka maupun duka. Saya bahagia, karena Allah telah memberikan sahabat sebaik Ernawati, walau hanya sesaat tapi akankukenang selama hayat.